Selasa, 27 Oktober 2015

Mengancam Kenangan


Dipentaskan Teater Tikar di Purwokerto (UMP) - Surakarta (UNS) - Tegal (UPS) -
Semarang (UPGRIS & Wisma Perdamaian) bulan September-Oktober 2015



Mengancam Kenangan 
Karya Iruka Danishwara
I

“Kenangan sepertinya bersekutu dengan pagi untuk hadir setiap hari. Tapi ternyata mereka berdua tidak mengusik, tidak juga berisik.”

Bermula dari suatu pagi yang terlihat seperti senja. Matahari malu-malu untuk mengucapkan selamat pagi. Tangan setengah tua menggenggam gagang sapu bak tentara mengangkat senjata. Sama sekali tidak terlihat gemetar untuk menyapu kerikil-kerikil di ubin teras rumahnya.
Pagi mengucapkan selamat pagi pada Nyonya.
Sedangkan Nyonya sudah terlalu asik untuk membersihkan teras rumahnya. Di mana kaki-kaki kecil pernah menapak di sana bersama sepasang kaki besar yang tidak pernah absen menemani. Seperti ada sesuatu yang turut dalam ijuk sapunya ke kanan kiri, terbuang bergabung bersama debu.
Sedangkan Nyonya berusaha memilah debu mana yang harus ia buang karena hasil serpihan dari kerikil, dan mana debu yang pernah menempel di telapak kaki.
Nyonya sibuk memperbaiki pagi, Pagi justru sibuk mencari perhatian Nyonya dengan mengucapkan selamat pagi.
Nyonya akhirnya mengalah sejenak untuk membalas pagi yang membawa mentari begitu teriknya.

Nyonya, mengapa kau begitu meluangkan waktu sekedar untuk menyapu teras rumahmu?

Nyonya tidak mau mendengar apa yang dikatakan Pagi. Pertanyaan itu seperti sudah lumrah ia dengar setiap pagi. Karena memang ia menyapu teras rumahnya setiap pagi.

Nyonya, tidakkah kau lelah harus selalu menyapu setiap pagi dan besok pagi sudah kotor lagi.

Seketika Nyonya menengadah. Ia sungguh tidak suka dengan perkara kelelahan yang selalu dipertanyakan.

https://docs.google.com/uc?export=download&id=0B8k-DX6EwciabUVOQU9sRmZDdHc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar